AR-RIWAYAH
A. Pengertian periwayatan
Kata ar-riwayah merupakan bentuk invinitif dari devirasi kalimah روي – يروي - رواية yang mempunyai arti menceritakan. [1] kata ini juga sepadan dengan kata penukilan. Menurut istilah ilmu hadis, riwayah adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis, serta penyandaran hadis kepada periwayatan para rawinya dengan bentuk-bentuk tertentu.[2] Ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayatn hadis, yaitu:
· Kegiatan menerima hadis dari periwayat hadis (tahammul)
· Kegiatan menyampaikan hadis kepada orang lain (ada’)
· Penyebutan susunan rangkaian periwayatanya ketika menyampaikan hadis (isnad)
B. Sejarah Periwayatan
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa penerimaan, penyampaian, dan penyandaran hadits atas periwayatan para rawinya dilakukan dengan beberapa bentuk tertentu. Baik disadari atau tidak sebenarnya kita juga sering melakukan periwayatan, karena inti dari periwayatan itu adalah memindahkan apa yang kita dengar, meliputi penerimaan ataupun penyampain berita. Dikatakan bahwa periwayatan sudah ada sejak manusia ada dan tradisi sudah menyebar diberbagai bangsa. Bangsa romawi sangat memperhatikan sejarah, demikian juga bangsa yunani dan arab jahiliyah. Mereka mengetahui sejarah melalui penuturan secara turun temurun dari para pendahulu mereka, karena tradisi tulis menulis belum membudaya dikalangan mereka. Sampai Islam datang tradisi periwayatan ini masih terus berjalan dan semakin mendapat perhatian, khususnya dari umat islam itu sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah:
حد ثوا عني ولا حرج ومن كذب (وقال همام احسبه قال معتمدا) فليتبوأ مقعده من النار
Artinya : “sampaikanlah (berita) dariku, dan tak ada dosa. Barang siapa yang melakukan kebohongan dengan mengatas namakanku – Hammam berkata, “Aku mengira Nabi bersabda, “-dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempatnya dineraka[3].”
Pada zaman nabi para sahabat bergantian menghadiri majelis nabi dan mereka saling memberikan kabar (hadis) yang mereka dengar. Selain itu mereka juga memepunyai keinginan yang besar untuk memperoleh hadis nabi serta menyampaikanya. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari para sahabat sendiri. Umar bin Khatab membagi tugas dengan tetangganya untuk mencari berita yang berasal dari nabi bila hari ini tetangganya menemui nabi, maka umar pada esok harinya menemui nabi. Bila telah memeperoleh berita dari nabi atau sesuatu yang berkenaan dengan nabi maka dia segera menyampaikan berita itu kepada yang tidak bertugas, dengan demikian hadis yang diterima sahabat tidak seluruhnya langsung diterima dari nabi, melainkan ada yang melalui periwayatan sahabat yang lain.[4]
C. Keistimewaan ar-Riwayah Dalam Dalam
Dalam Islam, Periwayatan hadis mempunyai keistimewaan dan ciri-ciri khusus, yang membedakan dengan periwayat-periwayatan yang telah ada sebelumnya. Keistimewaan-keistimewaan itu adalah:
1. Perhatian umat islam terhadap aspek periwayatan (kehatihatian dalam periwayatan).
2. Adanya unsur persambungan sanad hingga sampai kepada nabi Muhammad saw.[5]
D. Macam periwayatan
Di lihat dari segi matannya periwayatan dibagi menjadi:
a. Riwayah bil lafdzi : adalah perawi meriwayatkan hadis yang diriwayatkanya seperti yang disampaikan kepadanya(diterimanya) tanpa adanya perubahan dalam hadis tersebut baik berupa tabdil, tahrif, ziadah, nuqshan, taqdim, dan ta’khir[6] (menggunakan redaksi yang sama tanpa adanya perubahan)
b. Riwayah bil makna : adalah periwayatan hadis hanya dari segi makna hadis saja/ subtansinya sama tetapi dengan pengungkapan redaksi yang berbeda
Di lihat dari segi sanadnya terbagi menjadi:
a. Riwayat al-kabir ‘anil Ashaghir
Secara bahasa: al-Kabir jama’ dari Akbar dan Ashaghir jama’ dari Asghar. Dan artinya riwayat dari orang yang lebih kecil di dalam segi umur dan tingkatan atau di dalam ilmu dan hafalannya.
b. Riwayat al-Aba’ ‘anil abna’
Apabila ditemukan di dalam sanadnya hadits, bapak yang meriwayatkan hadits dari anaknya.
c. Riwayat al-Abna’ anil Abna’
Apabila ditemukan dalam sanad sebuah hadits anak meriwayatkan hadits dari ayahnya saja, atau dari ayahnya dari kakeknya.
[1] Ahmad warson munawwir, kamus al munawwir,Surabaya pusatka progresif,1997 hal551
[2] Rawi merupakan bentuk isim fa’il yang berarti orang yang meriwayatkan hadis
[3] Salamah Noorhidayati, “Kritik Teks Hadis, Analisis tentang ar-riwayah bi al-ma’na dan implikasi bagi kualitas hadis”, teras. Yokyakarta. 2009, Cet. I hal 16-17
[4] M. Syuhudi Isma’il, kaedah kesahihan sanad hadis op- cit hal 36
[5] Salamah Noorhidayati, kritik teks hadis,op-cit hal 16-17
[6] Mushthofa Amin Ibrahim al Taziy, ulumul hadis , darul al ta’lif, tt, hal 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar